Kotoran babi jadi listrik sampah organik seperti kotoran menjadi masalah
serius di negara berkembang, tidak terkecuali juga dengan negara
Denmark, namun mereka lebih kreatif dan masive dalam melakukan riset dan
penelitian. Sebuah waduk kecil tempat menampung kotoran babi serta
hewan ternak lain, tak hanya membuat bau lingkungan di sekitarnya. Waduk
ini juga bisa mencemari aliran sungai, meracuni air tanah dan lebih
parah lagi dapat meningkatkan kadar gas metan dan karbondioksida di
udara. Untuk itu, ilmuwan berlomba-lomba mencari cara alternatif untuk
memanfaatkan kotoran hewan. Salah satu yang tengah gencar dilakukan
adalah mencoba mengubah kotoran hewan agar menghasikan energi listrik
ramah lingkungan. Namun masalahnya, belum ditemukan cara yang paling
efektif dalam mengolah kotoran hewan menjadi sumber energi. Tim ilmuwan
yang dipimpin Trakarn Prapaspongsa dari Denmark kemudian menganalisa
beragam cara yang digunakan perusahaan-perusahaan di Denmark dalam
menangani kotoran babi.
Mereka rata-rata memanfaatkan kotoran itu untuk menghasilkan listrik
dengan menggunakan sistem seperti pencernaan anaerob atau incinerator
(pembakaran). Seperti dikutip dari New Scientist, dalam sistem
pencernaan anaerob, bakteri memecah kotoran atau sampah dengan
memanaskannya di dalam sebuah bejana bebas oksigen, kemudian melepaskan
gas metan yang di gunakan dalam turbin gas.
Unik Baca
Sementara itu, incinerator membakar material untuk mendidihkan air dan
menggerakkan turbin uap yang akan menghasilkan listrik. Tim dari Aalborg
University ini kemudian menemukan bahwa untuk efisiensi tinggi dalam
produksi energi, cara pencernaan anaerob merupakan jawabannya.
Unik Baca
Namun jika bermaksud meminimalisir emisi gas rumah kaca, maka kita harus
mengambil prioritas. Pilihan terbaik adalah dengan cara memisahkan
sampah bermateri padat dengan yang cair. Keringkan material padat,
kemudian barulah membakarnya.
Related product you might see: